Karawang tempat lahirnya Jaipongan
Ada hal lain yang sangat menarik untuk di telaah dari sisi sejarah kelahirannya seni jaipongan, dan ini bisa dijadikan referensi baru sebagai penyeimbang dari artikel-artikel diatas, dalam hal ini penulis hanya bermaksud untuk menguak kebenaran sejarah dari lahirnya jaipongan di dalam ruang seni sunda Jawa Barat dan tiada pretensi yang lain.
Dalam tulisan singkat ini penulis menghadirkan resume hasil wawancara/interview seputar sejarah lahirnya seni pertunjukan jaipongan secara kualitatif dengan nara sumber H. Suanda di Karawang, dalam studi perbandingan sejarah seni pertunjukan jaipongan ini banyak ditemukan beberapa bukti baru dari hasil wawancara tersebut, dan ini belum sempat di confrontier dengan nara sumber lain atau nara sumber pembanding lainnya. Ini merupakan hasil awal yang tentunya masih bisa di perdebatkan lebih dalam lagi.
Jaipongan terlahir melalui proses kreatif sekitar tahun 1976 di Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain .
Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih.
Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H. Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat.
Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H. Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat.
Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu di karawang seperti penca silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya, mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya.
Didalam perjalanannya melahirkan seni jaipongan H. Suanda banyak mendapat kecaman dan hujatan dari seniman sepuh yang sudah terlebih dahulu eksis, mereka menganggap H. Suanda telah “menabrak” pakem dengan tepak gendangnya yang tersaji dalam komposisi tepak gendang jaipong namun beliau tetep jalan dengan keyakinannya, dan akhirnya berbuah manis
Jaipongan Era Modern
Pada tahun 1979 jaipongan mengalami proses transformasi dan penataan (stilisasi) baik dalam pola tepak gendang maupun dalam ibing (tarian) juga dalam penciptaan komposisi tembang (lagu), melalui tangan dingin seorang seniman asal bandung yaitu Gugum Gumbira. Maka mulai saat itu jaipongan yang terlahir di karawang dibesarkan dalam khasanah kemasan seni yang mutakhir dan lebih modern.
Semua bentuk dan model tepak gendang di susun dan di berikan pola yang lebih terstruktur dalam bentuk notasi, yang kemudian di urai dan di tuangkan kedalam beberapa komposisi lagu yang sesuai dengan tuntutan pasar (commercial). Maka pada saat itu di bandung muncul grup kesenian jaipong yang melegenda seperti JUGALA (Juara dalam gaya dan Lagu) dengan tembang hitsnya seperti Daun pulus Keser Bojong, Randa Ngora dan banyak lagi.
Sudah tentu komposisi yang di bawakan oleh Jugala berbeda dengan komposisi awal yang dimainkan oleh Suanda grup selaku pelopor dari lahirnya musik jaipong di karawang, meskipun Suanda terlibat didalamnya sebagai penabuh gendang. Ini di sebabkan Suanda memainkan gendang berdasarkan pada pola yang sudah disusun secara cermat oleh komposernya yaitu Gugum Gumbira.
Gaya dari bentuk elemen jaipongan serta kualitas dan ekspresinya di kemas dalam pola-pola yang terbarukan sehingga sosok jaipongan seolah terlahir kembali dengan balutan gaya modern. Keterlibatan sarjana-sarjana seni dalam upaya untuk mengembangkan dan mencari bentuk-bentuk seni pertunjukan tradisional di jawa barat juga menjadi penyebab utama menggeliatnya seni pertunjukan jaipongan dan menjadi besar seperti sekarang ini.
Karawang sebagai tempat kelahirannya seni pertunjukan jaipongan seharusnya lebih menggarap dan mengembangkan potensinya, tentunya dengan mengutamakan kearifan local sehingga jatidiri dan karakteristik karawang sebagai kota seni dan budaya jawa barat dapat lebih eksis dan mampu berbicara dalam khasanah ruang seni budaya global.
Sumber tulisan: Forum Kajian Seni Karawang
0 Komentar