Teknologi tepat guna merupakan jalan keluar dari teknologi mainstream yang pada umumnya mengabaikan beberapa indikator yang telah disebutkan di atas, terutama abai pada lokalitas dan lingkungan. Bahkan semakin hari teknologi mainstream semakin bersifat mekanis (maksudnya di sini, tidak melibatkan manusia dalam banyak hal atau serba mesin)
Secara garis besar demikianlah maksud dan prinsip Teknologi Tepat Guna (TTG). Sekarang kita akan bahas akuaponik dan hubungannya dengan TTG. Akuaponik merupakan teknik pertanian modern yang kini sedang menjadi tren global di dunia pertanian dan perikanan. Sebenarnya akuaponik telah ada sejak berabad-abad silam. Hanya saja kini aplikasinya menjadi lebih aplikatif dan buta wilayah, artinya bisa diterapkan di mana saja oleh semua orang.
Akuaponik Panen Sayur Sehat Organik dan Ikan Segar
Sekarang dalam makalah berikut ini, kita akan berbagi mengenai akuaponik dan hubungannya dengan Teknologi Tepat Guna (TTG). Silakan...
PANEN SAYUR SEHAT ORGANIK
dan IKAN SEGAR BERGIZI TINGGI
Akuaponik Teknologi Tepat Guna untuk Semua
#1 | Wacana Global Abad Ini
Wacana global
dunia akan selalu dinamis, berubah, menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman. Saat ini, dunia sedang dibuat getir oleh ledakan populasi manusia.
Meningkatnya
populasi manusia juga diikuti oleh meningkatnya kebutuhan hidup di berbagai
sektor. Sumber daya untuk pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai sektor
semakin hari semakin terbatas dan berkurang. Salah satu kebutuhan hidup yang
harus selalu tersedia ialah pangan sehat dengan kebutuhan gizi yang seimbang.
Populasi penduduk
paling padat selalu terpusat di kawasan perkotaan. Untuk pemenuhan pangan
tersebut, masyarakat kota sangat bergantung pada desa-desa atau wilayah di luar
kota yang selama ini menjadi produsen pangan.
Ketergantungan
kota terhadap desa semakin hari semakin dihadapkan pada banyak kendala yang
harus segera diatasi, antara lain:
1.
Kualitas pangan tidak lagi sehat dikarenakan pangan
dari desa harus melewati mata rantai transportasi yang panjang, sehingga ketika
pangan tiba di kota sudah dalam keadaan busuk atau rusak.
2.
Harga jual menjadi tidak rasional dikarenakan pangan
dari petani tidak langsung sampai ke tangan konsumen, melainkan harus melalui
beberapa tahap penjualan.
3.
Lahan pertanian di desa semakin berkurang, banyak yang
beralih fungsi menjadi pemukiman atau area industri.
4.
Sumber daya alam untuk pemenuhan pangan sehat semakin
hari semakin terbatas dikarenakan pencemaran lingkungan yang masih belum bisa
dikendalikan.
5.
Teknologi tepat guna yang murah dan mudah masih belum
bisa diaplikasikan secara merata.
Berangkat dari
kecemasan di atas, kemudian lahirlah gerakan Urban Farming sebagai gerakan bertani di kawasan kota. Gerakan urban farming ini setidaknya memiliki
mengupayakan beberapa aksi nyata sebagai berikut:
1.
Berkebun di rumah masing-masing. Misalnya mengubah
dinding rumah menjadi lahan untuk berkebun atau memanfaatkan ruang-ruang sisa
di rumah untuk dijadikan kebun.
2.
Memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif.
3.
Memanfaatkan RTH (Ruang Terbuka Hijau) baik yang
bersifat privat maupun publik.
4.
Memaksimalkan ruang kosong dengan teknik pertanian
vertikultur (vertical agriculture).
5.
Berkebun hidroponik atau akuaponik yang tidak
bergantung pada musim, hemat ruang, dan sehat.
Gerakan urban farming sampai hari ini belum berdampak
besar, ketergantungan masyarakat kota pada desa masih sangat tinggi, dan hasil
produksi pangan di wilayah kota belum bisa diandalkan karena pertanian kota
masih terbatas baik dari segi SDM maupun SDA. Tingkat keberhasilan pertanian
kota masih sangat segmentatif, terbatas pada lingkup tertentu, misalnya
komunitas yang sifatnya perorangan dan hobi. Pertanian kota yang sifatnya
industri masih terkendala biaya investasi dan teknologi yang masih mahal.
Selain itu,
pengembangan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan, berbasis lokalitas,
padat karya, dan hemat energi masih sangat terbatas aplikasinya. Dominasi
teknologi mainstream yang notabene tidak memperhatikan aspek di atas masih
sangat kental dan butuh segera diselesaikan.
#2 | Sehat itu Dimulai dari Rumah Sendiri dari Makanan Sehari-hari
Aksi nyata yang
diagendakan di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan sehat, salah satunya
ialah ketahanan pangan nasional yang memakai 5 strategi pangan sebagai berikut:
mandiri,
mudah diakses dan didistribusikan, berbasis pangan lokal yang bermutu, bergizi
seimbang, dan aman-bermutu tinggi[1].
Kelima strategi di atas masih terkendala
dikarenakan selama ini pangan nasional sangat bergantung pada iklim sehingga
hasilnya fluktuatif, seringkali terjadi lonjakan harga pangan secara dadakan,
akibatnya daya beli merosot, kebutuhan pangan sehat belum dapat terpenuhi
secara maksimal.
Teknologi
tepat guna yang bisa diandalkan masih terbatas. Sebenarnya, sudah banyak
teknologi tepat guna di sana, hanya saja masih belum tersosialisasikan dengan
merata baik terkendala biaya, sosialisasi maupun lainnya.
Hidroponik
termasuk salah satu teknologi tepat guna yang memenuhi kriteria TTG, lalu
bagaimana dengan akuaponik?
Akuaponik
sebagai model pertanian + perikanan modern juga telah memenuhi tujuan dan makna
teknologi tepat guna, sebagaimana yang dipaparkan “Dr.
Ernst Friedrich "Fritz" Schumacher (dalam karyanya Small is Beautifull) mempunyai
karakteristik lokalitas, berskala relatif kecil, padat karya, dan hemat energi.
Secara umum, teknologi tepat guna dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar
dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial,
politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Teknologi tepat guna haruslah menerapkan
metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif seminimal
mungkin (ramah lingkungan) bila dibandingkan dengan teknologi arus utama[2]”.
#3 | Akuaponik, Teknologi Tepat Guna untuk Semua
Teknologi
tepat guna akuaponik sangat sesuai untuk dikembangkan di berbagai wilayah yang
berbeda dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Akuaponik
tidak seperti arus utama teknologi pertanian dan perikanan yang masih menyisakan
limbah dan polusi, teknologi akuaponik bisa dibilang 0% polusi karena sistem
bekerja dengan siklus re-sirkulasi sehingga sangat ramah lingkungan. Perawatan
sistem akuaponik tidak rumit, sistem bisa bekerja sendiri ketika semuanya telah
diatur dengan benar. Sistem akuaponik juga bersifat ringkas dengan hasil
maksimal, untuk lahan seluar 1x1 meter pelaku akuaponik bisa memanen aneka
jenis sayuran daun dan sayuran buah ditambah ikan sekurang-kurangnya 100 ekor.
Keuntungan pada akuaponik bersifat ganda,
yaitu berupa pangan sehat organik
dan ikan segar bergizi tinggi karena
akuaponik merupakan gabungan antara budidaya ikan (akuakultur) dan budidaya
tanaman (hidroponik). Akuaponik bisa dikembangkan untuk kebutuhan rumahan dan
hobi maupun kebutuhan industri.
Apa dan Bagaimana Akuaponik?
Cikal-bakal
teknik akuaponik sudah dilakukan oleh suku Aztec pada zaman dahulu kala, mereka
menyebutnya sebagai Chinampa yang
memakai teknik Nahua menyerupai pulau
buatan yang umumnya berpola persegi panjang, sekitar satu meter di atas
permukaan air. Berkat teknik tersebut mereka mengalami surplus pangan dan bisa
panen dengan waktu lebih cepat dari pertanian konvensional[3].
Akuaponik
merupakan gabungan, antara budidaya ikan (akuakultur) dan budidaya tanaman
(hidroponik) keduanya terjalin dalam hubungan saling menguntungan. Kolam dan
ikan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman. Sebaliknya tanaman menyerap zat hara
dalam air sehingga air selalu bersih dan aman untuk ikan.
Dalam
pertanian modern, akuaponik sudah memenuhi standar pangan sehat dan gizi
seimbang sekaligus sangat sesuai dengan paparan Schumacher perihal teknologi
tepat guna. Tanaman pangan hasil pertanian akuaponik dikatakan sehat karena
dalam pemeliharaannya tidak memakai pupuk berbahan dasar kimia seperti pada
hidroponik atau pertanian konvensional. Kebutuhan nutrisi akuaponik sudah
tersedia secara alami. Dikatakan bergizi seimbang karena akuaponik menghasilkan
panen ganda yaitu ikan segar bergizi yang mengandung protein tinggi yang
dibutuhkan oleh manusia. Sehingga masyarakat yang jauh dari daerah tambak atau
kawasan perikanan sekarang bisa membudidayakan ikan di rumah untuk bisa
menghasilkan ikan segar.
Keuntungan Teknologi Akuaponik
Keuntungan
yang bisa didapatkan dengan memakai teknolgi akuaponik untuk budidaya tanaman
dan ikan, antara lain sebagai berikut:
- Sayur sehat organik yang bebas pupuk kimia.
- Ikan segar bergizi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi seimbang.
- Hemat lahan terlebih digabung dengan teknik vertikultur (dalam bahasa TTG bisa disebut berskala relatif kecil) sehingga sangat mungkin dipalikasikan di kawasan kota yang sempit lahan maupun di desa.
- Ramah lingkungan karena tidak memakai bahan kimia dan tidak mengeluarkan limbah yang merusak lingkungan.
- Biaya pembuatan teknologi akuaponik sangat terjangkau.
- Pemeliharaan dan perawatan yang cukup mudah.
- Harga jual sayur organik sangat tinggi.
- Masa panen yang lebih cepat bila dibandingkan dengan pertanian konvensional.
- Tebar padat dan tanam padat sangat mungkin dilakukan dengan teknologi akuaponik baik untuk ikan maupun tanaman.
- Bisa difungsikan untuk keperluan hiasan/seni atau tujuan artistik lainnya.
- Sangat memungkinkan dijadikan sebagai teknologi portable yang bisa dipasang untuk keperluan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor).
Sekurang-kurangnya
ada 11 keunggulan utama teknologi akuaponik yang bisa didapatkan oleh para
pelaku akuaponik.Beberapa keuntungan di atas akan didapatkan oleh semua yang
memakai teknologi tepat guna akuaponik, lalu apa kelemahannya?
Kelemahan
teknologi tepat guna akuaponik terletak pada ketergantungan pada listrik.
Sistem harus selalu terhubung dengan listrik bila terjadi pemadaman listrik
proses rekayasa amonia akan terhenti dan kemungkinan ikan mati secara bersamaan,
tapi itu bila terjadi dalam waktu lama. Bila listrik mati antara 3-6 jam sistem
masih baik-baik saja. Ketergantungan pada listrik ini sebenarnya juga dialami
dalam hidroponik, listrik memang menjadi faktor penting dalam keberhasilan
budidaya pertanian baik secara hidroponik maupun akuaponik.
Aneka Jenis Akuaponik
Sebagaimana
teknik hidroponik, dalam akuaponik juga dikenal aneka jenis teknik yang bisa
diaplikasikan dengan mudah. Secara garis besar ada 3 sistem akuaponik[4]
yaitu: Gravel Bed System (Media Base), Akuaponik NFT, dan Akuaponik DWC (Deep
Water Culture).
Berdasarkan
pengalaman kami, ternyata akuaponik bisa diaplikasikan pada semua sistem
hidroponik yang ada saat ini. Mulai dari Akuaponik Pasang Surut, Akuaponik
Rakit Apung, Tower Hujan, Dutch Bucket System, dan teknik hidroponik lainnya.
Semua teknik
hidroponik bisa digabungkan dengan akuaponik, selama proses rekaya amonia bisa
terpenuhi hasilnya akan maksimal, tanaman bisa tumbuh dengan baik begitupun
ikan di dalam kolam bisa hidup dengan sehat.
Prinsip Kerja Akuaponik
Akuaponik bekerja dengan prinsip
yang sederhana yaitu re-sirkulasi[5],
artinya mengalirkan air dari kolam ikan ke tanaman melewati media filter.
Prinsip dasarnya hanya itu, akan tetapi agar air dari kolam ikan bisa menjadi nutrisi
bagi tanaman harus dilakukan proses rekayasa yang cukup mudah dan murah.
Ikan
di dalam kolam akan menghasilkan amonia, kemudian sisa pakan ikan akan menjadi
endapan kotoran di kolam. Kedunya bersifat racun bagi ikan, dalam kadar
tertentu ikan bisa mati karena amonia. Untuk itu perlu dilakukan rekayasa agar
amonia bisa diubah menjadi nutrisi tanaman.
Tanpa rekayasa
pun sebenarnya amonia akan terurai sendiri akan tetapi butuh waktu lama. Keberhasilan
dalam proses rekayasa sangat ditentukan oleh media filter, untuk bisa mengubah
amonia menjadi nutrisi, butuh filter yang dirancang khusus. Media filter yang
digunakan dalam akuaponik sangat sederhana, murah, dan mudah didapatkan.
Media Filter Akuaponik
Secara garis
besar, ada empat cara filterisasi yang bisa digunakan dalam akuaponik.
Cara-cara di bawah ini merupakan cara yang umum digunakan oleh para pelaku
akuaponik di Indonesia dan mancanegara. Hasil filterisasi yang dilakukan
memberikan hasil panen yang optimal baik pada tanaman maupun pada ikan. Teknik
filterisasinya antara lain sebagai berikut:
Rekayasa Amonia Secara Alami
Teknik rekayasa amonia secara alami dilakukan dengan memanfaatkan
tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk mengurai amonia dan kotoran ikan. Tanaman yang bisa digunakan
sebagai filter antara lain duckweed dan enceng gondok.
Rekayasa Amonia dengan Teknik Filter
Mekanis
Teknik filter mekanis dilakukan untuk menyaring kotoran ikan yang
bersifat padat, sehingga air menjadi bersih. Media yang biasa digunakan antara
lain busa filter atau kasa yang banyak dijual di toko akuraium. Teknik filter mekanis mengharuskan Anda untuk
membersihkan filter secara berkala. Dan butuh waktu cukup lama agar bakteri
nitrifikasi bisa berkoloni dan berkembang biak. Teknik ini cenderung hanya
memfilter secara fisik saja.
Rekayasa Amonia dengan Teknik Bio Filter
Teknik
bio filter dilakukan dengan menggunakan bakteri. Agar bakteri yang bakteri
tersebut bisa berkembang biak dengan baik dibutukan media tumbuh kembang
bakteri, misalnya bioball (bisa didapatkan dengan mudah di toko akuraium).
Keuntungan
teknik bio filter tidak hanya membersihkan air dari kotoran tapi juga mengurai
amonia menjadi nutrisi tanaman. Secara alamai bakteri pengurai tersebut tidak
akan langsung berkembang biak pada media filter, butuh waktu antara 1-4 minggu
agar bakteri bisa berkembang biak.
Rekayasa Amonia Teknik Batu-Batuan
Tteknik ini merupakan salah satu teknik yang umum dikembangkan pelaku
akuaponik. Caranya dilakukan dengan memakai batu zeolite yang dicampur pupuk
organik sekaligus memakai bio filter alias menggabungkan semua filter dengan
cara tertentu.
Selain memakai zeolite, bisa juga memakai batu apung sebagai media
filter. Nyaris semua mediatanam hidroponik sebenarnya bisa digunakan sebagai
filter untuk merekayasa amonia menjadi nutrisi tanaman. Hanya saja batu zeolite
merupakan media filter paling baik dan hasil panennya lebih memuaskan ketimbang
media lain (Trubus)
Tanaman dan Ikan untuk Akuaponik
Teknologi
tepat guna akuaponik sudah teruji dan bisa digunakan untuk berkebun berbagai
macam tanaman pangan, mulai dari sayur daun, sayur buah, tanaman keras,
pohon-pohonan, bahkan Mark Sungkar telah berhasil menanam buah naga, pepaya,
singkong, dan tumbuhan lainnya dengan teknik akuaponik. Intinya semua tanaman
yang biasa dibudidayakan dengan teknik hidroponik dapat dipastikan bisa
dibudidayakan juga memakai teknologi tepat guna akuaponik.
Cara menanam pada akuaponik sama
saja seperti hidroponik bisa dilakukan dengan teknik tanam langsung maupun
dengan cara penyemaian terlebih dahulu. Hanya saja akuaponik memiliki
keunggulan lain yaitu memungkinkan untuk dilakukan tanam padat, artinya tanaman
tidak harus diberi jarak tertentu. Cara tanam padat ini berlaku untuk sistem
akuaponik media base.
Ikan
apa yang sebaiknya dibudidayakan memakai teknologi tepat guna akuaponik? Jenis
ikan yang bisa dibudidayakan sangat beragam, mulai dari ikan konsumsi sampai
ikan hias, misalnya ikan lele, nila, mas, bawal, mujair, patin, koi, dan
sebagainya.
Dunia
perikanan konvensional tidak memungkinkan tanam padat, sementara dengan
teknologi tepat guna akuaponik ikan bisa ditebar secara padat, melebihi batas
yang umum digunakan. Misalnya pada pertanian konvensional jumlah ikan maksimal
100 ekor/m3, pada akuaponik bisa ditanam sampai dengan 250 ekor/m3. Hal
tersebut menjadi sangat mungkin dikarenakan adanya proses filterisasi, walaupun
populasi ikan sangat padat ikan tidak akan mati karena keracunan amonia.
Perawatan dan Pemeliharaan Akuaponik
Sistem teknologi
tepat guna akuponik sangat sederhana, hanya ada beberapa elemen penting yang
harus diperhatikan yaitu sebagai berikut[6]:
Kolam ikan (air) harus di-resirkulasi
dan tidak terdapat kebocoran.
Penanaman Benih harus dipilih dari
bibit yang sehat, tidak cacat atau sakit.
Media filter harus terhindar dari
endapan yang menyumbat sirkulasi.
Pakan ikan bisa memakai pakan alami
maupun pakan buatan.
Pasokan listrik dianjurkan tidak mati
melebihi 12 jam untuk menghindari kematian pada ikan.
Cahaya matahari dibutuhkan tanaman
akuaponik antara 8-10 jam/hari untuk akuaponik outdoor, bila di dalam ruangan
bisa ditambahkan lampu khusus pertumbuhan tanaman misalnya LED Growth.
#4 | Penutup
Kebutuhan
akan pangan sehat dan gizi seimbang merupakan Hak Azasi Manusia yang sampai
hari ini pemenuhannya masih belum merata. Dengan teknologi tepat guna semua
kebutuhan tersebut seharusnya sudah dapat diakses dengan mudah dan merata.
Teknologi
tepat guna akuaponik merupakan sistem pertanian dan perikanan yang memungkinkan
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehat dan gizi seimbang dengan cara lebih
mudah, tanpa mengesampingkan aspek-aspek lokalitas, hemat energi, kemudahan
dalam perawatan, dan sifatnya yang sangat ramah lingkungan. Akuaponik semoga
bisa menjadi teknologi tepat guna untuk semua.
Karawang, 6 Mei 2016
[1]
Paskomnas.com, Strategi Ketahanan Pangan Nasional, 14 Desember 2015. http://paskomnas.com/id/berita/Isu-Strategis-Ketahanan-Pangan.php
[2]
Wikipedia.com, Teknologi Tepat Guna, 6 Mei 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_tepat_guna
[3] Urban
Hidroponik, Sejarah Singkat Akuaponik dan Cara Berkebun di Kolam Ikan, 6
Mei 2016. http://www.urbanhidroponik.com/2016/02/sejarah-singkat-akuaponik-cara-berkebun-memakai-kolam-ikan.html
[4] Sungkar,
Mark. 2015. Akuaponik ala Mark Sungkar,
Jakarta, PT Agromedia Pustaka.
[5]
Fathulloh, A.S., N.S., Budiana, 2015. Akuaponik Panen Sayur Bonus Ikan,
Jakarta, Penebar Swadaya.
[6] Ibid.
0 Komentar