Akuaponik Teknologi Tepat Guna untuk Semua

Info Absurditas Kata
0
Desa Mulyasari (Karawang) - Sebelum masuk ke akuaponik, kita akan berbagi sedikit mengenai TTG (Teknologi Tepat Guna) dan aplikasinya. Teknologi tepat guna pada prinsipnya merupakan inovasi teknologi padat karya yang ramah lingkungan, hemat energi, berskala relatif kecil dan yang terpenting harus disesuaikan dengan keadaan sosial budaya masyarakat lokal alias mengandung unsur lokalitas yang kental (Schumacher)

Teknologi tepat guna merupakan jalan keluar dari teknologi mainstream yang pada umumnya mengabaikan beberapa indikator yang telah disebutkan di atas, terutama abai pada lokalitas dan lingkungan. Bahkan semakin hari teknologi mainstream semakin bersifat mekanis (maksudnya di sini, tidak melibatkan manusia dalam banyak hal atau serba mesin)

Secara garis besar demikianlah maksud dan prinsip Teknologi Tepat Guna (TTG). Sekarang kita akan bahas akuaponik dan hubungannya dengan TTG. Akuaponik merupakan teknik pertanian modern yang kini sedang menjadi tren global di dunia pertanian dan perikanan. Sebenarnya akuaponik telah ada sejak berabad-abad silam. Hanya saja kini aplikasinya menjadi lebih aplikatif dan buta wilayah, artinya bisa diterapkan di mana saja oleh semua orang.

Akuaponik Panen Sayur Sehat Organik dan Ikan Segar


Sekarang dalam makalah berikut ini, kita akan berbagi mengenai akuaponik dan hubungannya dengan Teknologi Tepat Guna (TTG). Silakan...

PANEN SAYUR SEHAT ORGANIK
dan IKAN SEGAR BERGIZI TINGGI
Akuaponik Teknologi Tepat Guna untuk Semua


#1 | Wacana Global Abad Ini
Wacana global dunia akan selalu dinamis, berubah, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Saat ini, dunia sedang dibuat getir oleh ledakan populasi manusia.
Meningkatnya populasi manusia juga diikuti oleh meningkatnya kebutuhan hidup di berbagai sektor. Sumber daya untuk pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai sektor semakin hari semakin terbatas dan berkurang. Salah satu kebutuhan hidup yang harus selalu tersedia ialah pangan sehat dengan kebutuhan gizi yang seimbang.
Populasi penduduk paling padat selalu terpusat di kawasan perkotaan. Untuk pemenuhan pangan tersebut, masyarakat kota sangat bergantung pada desa-desa atau wilayah di luar kota yang selama ini menjadi produsen pangan.
Ketergantungan kota terhadap desa semakin hari semakin dihadapkan pada banyak kendala yang harus segera diatasi, antara lain:
1.      Kualitas pangan tidak lagi sehat dikarenakan pangan dari desa harus melewati mata rantai transportasi yang panjang, sehingga ketika pangan tiba di kota sudah dalam keadaan busuk atau rusak.
2.      Harga jual menjadi tidak rasional dikarenakan pangan dari petani tidak langsung sampai ke tangan konsumen, melainkan harus melalui beberapa tahap penjualan.
3.      Lahan pertanian di desa semakin berkurang, banyak yang beralih fungsi menjadi pemukiman atau area industri.
4.      Sumber daya alam untuk pemenuhan pangan sehat semakin hari semakin terbatas dikarenakan pencemaran lingkungan yang masih belum bisa dikendalikan.
5.      Teknologi tepat guna yang murah dan mudah masih belum bisa diaplikasikan secara merata.

Berangkat dari kecemasan di atas, kemudian lahirlah gerakan Urban Farming sebagai gerakan bertani di kawasan kota. Gerakan urban farming ini setidaknya memiliki mengupayakan beberapa aksi nyata sebagai berikut:
1.      Berkebun di rumah masing-masing. Misalnya mengubah dinding rumah menjadi lahan untuk berkebun atau memanfaatkan ruang-ruang sisa di rumah untuk dijadikan kebun.
2.      Memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif.
3.      Memanfaatkan RTH (Ruang Terbuka Hijau) baik yang bersifat privat maupun publik.
4.      Memaksimalkan ruang kosong dengan teknik pertanian vertikultur (vertical agriculture).
5.      Berkebun hidroponik atau akuaponik yang tidak bergantung pada musim, hemat ruang, dan sehat.

Gerakan urban farming sampai hari ini belum berdampak besar, ketergantungan masyarakat kota pada desa masih sangat tinggi, dan hasil produksi pangan di wilayah kota belum bisa diandalkan karena pertanian kota masih terbatas baik dari segi SDM maupun SDA. Tingkat keberhasilan pertanian kota masih sangat segmentatif, terbatas pada lingkup tertentu, misalnya komunitas yang sifatnya perorangan dan hobi. Pertanian kota yang sifatnya industri masih terkendala biaya investasi dan teknologi yang masih mahal.
Selain itu, pengembangan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan, berbasis lokalitas, padat karya, dan hemat energi masih sangat terbatas aplikasinya. Dominasi teknologi mainstream yang notabene tidak memperhatikan aspek di atas masih sangat kental dan butuh segera diselesaikan.

#2 | Sehat itu Dimulai dari Rumah Sendiri dari Makanan Sehari-hari
Aksi nyata yang diagendakan di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan sehat, salah satunya ialah ketahanan pangan nasional yang memakai 5 strategi pangan sebagai berikut: mandiri, mudah diakses dan didistribusikan, berbasis pangan lokal yang bermutu, bergizi seimbang, dan aman-bermutu tinggi[1]. 
 Kelima strategi di atas masih terkendala dikarenakan selama ini pangan nasional sangat bergantung pada iklim sehingga hasilnya fluktuatif, seringkali terjadi lonjakan harga pangan secara dadakan, akibatnya daya beli merosot, kebutuhan pangan sehat belum dapat terpenuhi secara maksimal.
Teknologi tepat guna yang bisa diandalkan masih terbatas. Sebenarnya, sudah banyak teknologi tepat guna di sana, hanya saja masih belum tersosialisasikan dengan merata baik terkendala biaya, sosialisasi maupun lainnya.
Hidroponik termasuk salah satu teknologi tepat guna yang memenuhi kriteria TTG, lalu bagaimana dengan akuaponik?
Akuaponik sebagai model pertanian + perikanan modern juga telah memenuhi tujuan dan makna teknologi tepat guna, sebagaimana yang dipaparkan  “Dr. Ernst Friedrich "Fritz" Schumacher (dalam karyanya Small is Beautifull) mempunyai karakteristik lokalitas, berskala relatif kecil, padat karya, dan hemat energi. Secara umum, teknologi tepat guna dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif seminimal mungkin (ramah lingkungan) bila dibandingkan dengan teknologi arus utama[2].

#3 | Akuaponik, Teknologi Tepat Guna untuk Semua
Teknologi tepat guna akuaponik sangat sesuai untuk dikembangkan di berbagai wilayah yang berbeda dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Akuaponik tidak seperti arus utama teknologi pertanian dan perikanan yang masih menyisakan limbah dan polusi, teknologi akuaponik bisa dibilang 0% polusi karena sistem bekerja dengan siklus re-sirkulasi sehingga sangat ramah lingkungan. Perawatan sistem akuaponik tidak rumit, sistem bisa bekerja sendiri ketika semuanya telah diatur dengan benar. Sistem akuaponik juga bersifat ringkas dengan hasil maksimal, untuk lahan seluar 1x1 meter pelaku akuaponik bisa memanen aneka jenis sayuran daun dan sayuran buah ditambah ikan sekurang-kurangnya 100 ekor.
Keuntungan pada akuaponik bersifat ganda, yaitu berupa pangan sehat organik dan ikan segar bergizi tinggi karena akuaponik merupakan gabungan antara budidaya ikan (akuakultur) dan budidaya tanaman (hidroponik). Akuaponik bisa dikembangkan untuk kebutuhan rumahan dan hobi maupun kebutuhan industri.

Apa dan Bagaimana Akuaponik?
Cikal-bakal teknik akuaponik sudah dilakukan oleh suku Aztec pada zaman dahulu kala, mereka menyebutnya sebagai Chinampa yang memakai teknik Nahua menyerupai pulau buatan yang umumnya berpola persegi panjang, sekitar satu meter di atas permukaan air. Berkat teknik tersebut mereka mengalami surplus pangan dan bisa panen dengan waktu lebih cepat dari pertanian konvensional[3].
Akuaponik merupakan gabungan, antara budidaya ikan (akuakultur) dan budidaya tanaman (hidroponik) keduanya terjalin dalam hubungan saling menguntungan. Kolam dan ikan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman. Sebaliknya tanaman menyerap zat hara dalam air sehingga air selalu bersih dan aman untuk ikan.

Desa Mulyasari Karawang

Dalam pertanian modern, akuaponik sudah memenuhi standar pangan sehat dan gizi seimbang sekaligus sangat sesuai dengan paparan Schumacher perihal teknologi tepat guna. Tanaman pangan hasil pertanian akuaponik dikatakan sehat karena dalam pemeliharaannya tidak memakai pupuk berbahan dasar kimia seperti pada hidroponik atau pertanian konvensional. Kebutuhan nutrisi akuaponik sudah tersedia secara alami. Dikatakan bergizi seimbang karena akuaponik menghasilkan panen ganda yaitu ikan segar bergizi yang mengandung protein tinggi yang dibutuhkan oleh manusia. Sehingga masyarakat yang jauh dari daerah tambak atau kawasan perikanan sekarang bisa membudidayakan ikan di rumah untuk bisa menghasilkan ikan segar.

Keuntungan Teknologi Akuaponik
            Keuntungan yang bisa didapatkan dengan memakai teknolgi akuaponik untuk budidaya tanaman dan ikan, antara lain sebagai berikut:
  1. Sayur sehat organik yang bebas pupuk kimia.
  2. Ikan segar bergizi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi seimbang.
  3. Hemat lahan terlebih digabung dengan teknik vertikultur (dalam bahasa TTG bisa disebut berskala relatif kecil) sehingga sangat mungkin dipalikasikan di kawasan kota yang sempit lahan maupun di desa.
  4. Ramah lingkungan karena tidak memakai bahan kimia dan tidak mengeluarkan limbah yang merusak lingkungan.
  5. Biaya pembuatan teknologi akuaponik sangat terjangkau.
  6. Pemeliharaan dan perawatan yang cukup mudah.
  7. Harga jual sayur organik sangat tinggi.
  8. Masa panen yang lebih cepat bila dibandingkan dengan pertanian konvensional.
  9. Tebar padat dan tanam padat sangat mungkin dilakukan dengan teknologi akuaponik baik untuk ikan maupun tanaman.
  10. Bisa difungsikan untuk keperluan hiasan/seni atau tujuan artistik lainnya.
  11. Sangat memungkinkan dijadikan sebagai teknologi portable yang bisa dipasang untuk keperluan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor).
Sekurang-kurangnya ada 11 keunggulan utama teknologi akuaponik yang bisa didapatkan oleh para pelaku akuaponik.Beberapa keuntungan di atas akan didapatkan oleh semua yang memakai teknologi tepat guna akuaponik, lalu apa kelemahannya?
Kelemahan teknologi tepat guna akuaponik terletak pada ketergantungan pada listrik. Sistem harus selalu terhubung dengan listrik bila terjadi pemadaman listrik proses rekayasa amonia akan terhenti dan kemungkinan ikan mati secara bersamaan, tapi itu bila terjadi dalam waktu lama. Bila listrik mati antara 3-6 jam sistem masih baik-baik saja. Ketergantungan pada listrik ini sebenarnya juga dialami dalam hidroponik, listrik memang menjadi faktor penting dalam keberhasilan budidaya pertanian baik secara hidroponik maupun akuaponik.

Aneka Jenis Akuaponik
Sebagaimana teknik hidroponik, dalam akuaponik juga dikenal aneka jenis teknik yang bisa diaplikasikan dengan mudah. Secara garis besar ada 3 sistem akuaponik[4] yaitu: Gravel Bed System (Media Base), Akuaponik NFT, dan Akuaponik DWC (Deep Water Culture).
Berdasarkan pengalaman kami, ternyata akuaponik bisa diaplikasikan pada semua sistem hidroponik yang ada saat ini. Mulai dari Akuaponik Pasang Surut, Akuaponik Rakit Apung, Tower Hujan, Dutch Bucket System, dan teknik hidroponik lainnya.
Semua teknik hidroponik bisa digabungkan dengan akuaponik, selama proses rekaya amonia bisa terpenuhi hasilnya akan maksimal, tanaman bisa tumbuh dengan baik begitupun ikan di dalam kolam bisa hidup dengan sehat.

Prinsip Kerja Akuaponik
            Akuaponik bekerja dengan prinsip yang sederhana yaitu re-sirkulasi[5], artinya mengalirkan air dari kolam ikan ke tanaman melewati media filter. Prinsip dasarnya hanya itu, akan tetapi agar air dari kolam ikan bisa menjadi nutrisi bagi tanaman harus dilakukan proses rekayasa yang cukup mudah dan murah.
            Ikan di dalam kolam akan menghasilkan amonia, kemudian sisa pakan ikan akan menjadi endapan kotoran di kolam. Kedunya bersifat racun bagi ikan, dalam kadar tertentu ikan bisa mati karena amonia. Untuk itu perlu dilakukan rekayasa agar amonia bisa diubah menjadi nutrisi tanaman.
Tanpa rekayasa pun sebenarnya amonia akan terurai sendiri akan tetapi butuh waktu lama. Keberhasilan dalam proses rekayasa sangat ditentukan oleh media filter, untuk bisa mengubah amonia menjadi nutrisi, butuh filter yang dirancang khusus. Media filter yang digunakan dalam akuaponik sangat sederhana, murah, dan mudah didapatkan.

Media Filter Akuaponik
Secara garis besar, ada empat cara filterisasi yang bisa digunakan dalam akuaponik. Cara-cara di bawah ini merupakan cara yang umum digunakan oleh para pelaku akuaponik di Indonesia dan mancanegara. Hasil filterisasi yang dilakukan memberikan hasil panen yang optimal baik pada tanaman maupun pada ikan. Teknik filterisasinya antara lain sebagai berikut:

Rekayasa Amonia Secara Alami
Teknik rekayasa amonia secara alami dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk mengurai amonia dan  kotoran ikan. Tanaman yang bisa digunakan sebagai filter antara lain duckweed dan enceng gondok.

Rekayasa Amonia dengan Teknik Filter Mekanis
Teknik filter mekanis dilakukan untuk menyaring kotoran ikan yang bersifat padat, sehingga air menjadi bersih. Media yang biasa digunakan antara lain busa filter atau kasa yang banyak dijual di toko akuraium.  Teknik filter mekanis mengharuskan Anda untuk membersihkan filter secara berkala. Dan butuh waktu cukup lama agar bakteri nitrifikasi bisa berkoloni dan berkembang biak. Teknik ini cenderung hanya memfilter secara fisik saja.

Rekayasa Amonia dengan Teknik Bio Filter
Teknik bio filter dilakukan dengan menggunakan bakteri. Agar bakteri yang bakteri tersebut bisa berkembang biak dengan baik dibutukan media tumbuh kembang bakteri, misalnya bioball (bisa didapatkan dengan mudah di toko akuraium).
Keuntungan teknik bio filter tidak hanya membersihkan air dari kotoran tapi juga mengurai amonia menjadi nutrisi tanaman. Secara alamai bakteri pengurai tersebut tidak akan langsung berkembang biak pada media filter, butuh waktu antara 1-4 minggu agar bakteri bisa berkembang biak.

Rekayasa Amonia Teknik Batu-Batuan
Tteknik ini merupakan salah satu teknik yang umum dikembangkan pelaku akuaponik. Caranya dilakukan dengan memakai batu zeolite yang dicampur pupuk organik sekaligus memakai bio filter alias menggabungkan semua filter dengan cara tertentu.
Selain memakai zeolite, bisa juga memakai batu apung sebagai media filter. Nyaris semua mediatanam hidroponik sebenarnya bisa digunakan sebagai filter untuk merekayasa amonia menjadi nutrisi tanaman. Hanya saja batu zeolite merupakan media filter paling baik dan hasil panennya lebih memuaskan ketimbang media lain (Trubus)

Tanaman dan Ikan untuk Akuaponik
            Teknologi tepat guna akuaponik sudah teruji dan bisa digunakan untuk berkebun berbagai macam tanaman pangan, mulai dari sayur daun, sayur buah, tanaman keras, pohon-pohonan, bahkan Mark Sungkar telah berhasil menanam buah naga, pepaya, singkong, dan tumbuhan lainnya dengan teknik akuaponik. Intinya semua tanaman yang biasa dibudidayakan dengan teknik hidroponik dapat dipastikan bisa dibudidayakan juga memakai teknologi tepat guna akuaponik.
            Cara menanam pada akuaponik sama saja seperti hidroponik bisa dilakukan dengan teknik tanam langsung maupun dengan cara penyemaian terlebih dahulu. Hanya saja akuaponik memiliki keunggulan lain yaitu memungkinkan untuk dilakukan tanam padat, artinya tanaman tidak harus diberi jarak tertentu. Cara tanam padat ini berlaku untuk sistem akuaponik media base.
Ikan apa yang sebaiknya dibudidayakan memakai teknologi tepat guna akuaponik? Jenis ikan yang bisa dibudidayakan sangat beragam, mulai dari ikan konsumsi sampai ikan hias, misalnya ikan lele, nila, mas, bawal, mujair, patin, koi, dan sebagainya.
            Dunia perikanan konvensional tidak memungkinkan tanam padat, sementara dengan teknologi tepat guna akuaponik ikan bisa ditebar secara padat, melebihi batas yang umum digunakan. Misalnya pada pertanian konvensional jumlah ikan maksimal 100 ekor/m3, pada akuaponik bisa ditanam sampai dengan 250 ekor/m3. Hal tersebut menjadi sangat mungkin dikarenakan adanya proses filterisasi, walaupun populasi ikan sangat padat ikan tidak akan mati karena keracunan amonia.
           
Perawatan dan Pemeliharaan Akuaponik
            Sistem teknologi tepat guna akuponik sangat sederhana, hanya ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut[6]:
Kolam ikan (air) harus di-resirkulasi dan tidak terdapat kebocoran.
Penanaman Benih harus dipilih dari bibit yang sehat, tidak cacat atau sakit.
Media filter harus terhindar dari endapan yang menyumbat sirkulasi.
Pakan ikan bisa memakai pakan alami maupun pakan buatan.
Pasokan listrik dianjurkan tidak mati melebihi 12 jam untuk menghindari kematian pada ikan.
Cahaya matahari dibutuhkan tanaman akuaponik antara 8-10 jam/hari untuk akuaponik outdoor, bila di dalam ruangan bisa ditambahkan lampu khusus pertumbuhan tanaman misalnya LED Growth.
             
#4 | Penutup
            Kebutuhan akan pangan sehat dan gizi seimbang merupakan Hak Azasi Manusia yang sampai hari ini pemenuhannya masih belum merata. Dengan teknologi tepat guna semua kebutuhan tersebut seharusnya sudah dapat diakses dengan mudah dan merata.
Teknologi tepat guna akuaponik merupakan sistem pertanian dan perikanan yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehat dan gizi seimbang dengan cara lebih mudah, tanpa mengesampingkan aspek-aspek lokalitas, hemat energi, kemudahan dalam perawatan, dan sifatnya yang sangat ramah lingkungan. Akuaponik semoga bisa menjadi teknologi tepat guna untuk semua.


Karawang, 6 Mei 2016



[1] Paskomnas.com, Strategi Ketahanan Pangan Nasional, 14 Desember 2015. http://paskomnas.com/id/berita/Isu-Strategis-Ketahanan-Pangan.php
[2] Wikipedia.com, Teknologi Tepat Guna, 6 Mei 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_tepat_guna
[3] Urban Hidroponik, Sejarah Singkat Akuaponik dan Cara Berkebun di Kolam Ikan, 6 Mei 2016. http://www.urbanhidroponik.com/2016/02/sejarah-singkat-akuaponik-cara-berkebun-memakai-kolam-ikan.html
[4] Sungkar, Mark. 2015.  Akuaponik ala Mark Sungkar, Jakarta, PT Agromedia Pustaka.
[5] Fathulloh, A.S., N.S., Budiana, 2015. Akuaponik Panen Sayur Bonus Ikan, Jakarta, Penebar Swadaya.
[6] Ibid.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)