Akan tetapi ada suatu keadaan di mana pohon pisang terkena penyakit, alhasil pisangnya tidak bisa dipanen. Penyakit yang umum menyerang tanaman pisang yaitu busuk batang pisang atau disebut juga muntaber di beberapa daerah.
Penggunaan Glifosat sejatinya kontraproduktif karena petani harus mengeluarkan dana untuk membeli herbisida sementara tanamannya tetap saja mati, sehingga tidak mendatangkan manfaat bagi petani.
Serangan penyakit busuk batang pisang (BBP), ada yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum maupun oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense. Beberapa teknologi anjuran yang sudah didiseminasikan adalah penggunaan herbisida Glifosat, eradikasi sumber inokulum dan penggunaan bibit yang tahan dan bebas penyakit, serta sterilisasi areal tanam dari tanaman inang.
Penggunaan Glifosat sejatinya kontraproduktif karena petani harus mengeluarkan dana untuk membeli herbisida sementara tanamannya tetap saja mati, sehingga tidak mendatangkan manfaat bagi petani.
Tindakan eradikasi sangat menguras energi, waktu dan keuangan petani karena ternyata patogennya dapat bertahan tanpa inang selama 40 tahun. Sementara upaya lain dengan tidak menanam tanaman inang seperti cabe, terong, tomat dan kacang panjang sulit diterapkan karena menghilangkan sumber penghasilan petani.
Saat ini telah diketahui adanya formula yang ampuh untuk pengendalian penyakit BBP yaitu dengan pestisida nabati OPIS yang dapat diperoleh di Laboratorium Proteksi BBPP Ketindan.
Penyakit BBP menjadi faktor penghambat dalam budidaya pisang. Berbagai jenis pisang telah diketahui terserang penyakit ini. Sebaran penyakit busuk batang pisang saat ini telah meliputi hampir seluruh pulau-pulau di Indonesia, seperti: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores.
Saat ini telah diketahui adanya formula yang ampuh untuk pengendalian penyakit BBP yaitu dengan pestisida nabati OPIS yang dapat diperoleh di Laboratorium Proteksi BBPP Ketindan.
Cara Pengendalian Penyakit Busuk Batang Pisang (BBP)
Penyakit BBP menjadi faktor penghambat dalam budidaya pisang. Berbagai jenis pisang telah diketahui terserang penyakit ini. Sebaran penyakit busuk batang pisang saat ini telah meliputi hampir seluruh pulau-pulau di Indonesia, seperti: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores.
Setelah dicoba selama 3 (tiga) tahun ditingkat lapang (in planta), diketahui bahwa teknik ini mampu mengendalikan penyakit BBP. Teknik pengendalian dimaksud yaitu: (a) infus akar; (b) injeksi batang dan (c) perendaman bibit.
Kemampuan mencegah dan mengendalikan penyakit busuk batang pisang dari ketiga teknik tersebut berturut-turut mencapai tingkat keberhasilan, 95%, 90% dan 100% (Juniawan, 2008). Untuk aplikasi dapat dipilih salah satu teknik atau kombinasi dari ketiganya.
Teknis Infus Akar
Teknik Injeksi batang
Teknik Perendaman bibit
Populasi tanaman pisang di seluruh Indonesia, bahkan di dunia terus berkurang akibat serangan penyakit busuk batang pisang. Penurunan populasi diikuti oleh merosotnya kuantitas produksi dan kualitas buah pisang, padahal kontribusi buah pisang terhadap peningkatan derajat kesehatan manusia dan pendapatan masyarakat sangat tinggi.
Referensi
Teknis Infus Akar
Prinsip kerjanya adalah mengikuti proses fisiologis tanaman yaitu difusi atau translokasi, khususnya dalam membawa air dan unsur hara ke bagian atas tubuh tanaman melalui jaringan vaskuler pada batang semu.
Langkah kerjanya adalah:
- Carilah akar pisang yang masih muda, warnanya coklat muda;
- Posisi akar harus miring membentuk sudut 45ºC,
- Bagian ujung akar lalu disayat miring dengan pisau cutter atau sejenisnya yang steril;
- Siapkan plastik es mambo warna putih kapasitas 25 ml.;
- Masukkan akar hingga ujungnya menyentuh bagian dasar plastik;
- Ikat bagian atas secara hati-hati dengan tali rafia;
- Suntikkan larutan ekstrak dengan sped secara perlahan dari bagian atas plastik dengan dosis 10 ml;
- Selanjutnya ditutup dengan tanah gembur atau seresah daun hingga penutupan 90%;
- Periksa setiap 2 (dua) hari sekali untuk mengetahui keadaan larutan; dan
- Apabila dalam tempo 4 hari larutan belum habis terserap, maka carilah akar lain dengan cara dan syarat yang sama seperti di atas. Untuk aplikasi kali kedua dan seterusnya dapat tetap pada akar yang sama, hanya perlu disayat ulang saja.
Cara ini menjadi alternatif apabila cara pertama sulit dilakukan, misalnya karena terbatasnya tenaga kerja, waktu, biaya dan keadaan tanah tempat tumbuh tanaman pisang yang padat dan lain-lain.
Prinsip kerjanya tetap mengikuti proses fisiologis tanaman dalam mentranslokasi air dan unsur hara ke bagian atas tubuh tanaman. Larutan bersama air dan unsur hara ke bagian lain tubuh tanaman, maka apabila ada patogen di bagian tersebut akan dibunuh oleh larutan obat dan seterusnya hingga bagian paling ujung yakni pucuk atau buahnya.
Langkah kerjanya adalah:
- Cairan ekstrak nabati yang telah disiapkan disedot dengan sped plastik kapasitas 10 ml.
- Injeksi pada bagian pangkal batang semu dengan posisi miring membentuk sudut 450C;
- Jarum injeksi diarahkan ke bagian tengah batang semu;
- Tanaman dengan tinggi 1 meter diinjeksi pada 2 tempat yaitu di pangkal dan di ujung batang, bila tinggi tanaman mencapai 1,5 m atau lebih, maka diinjeksi di 3 tempat yakni: (a) pangkal batang, (b) bagian tengah dan (c) ujung batang. Setelah larutan habis disuntikkan, tarik sped secara perlahan agar larutan tidak keluar.
Caranya adalah dengan merendam bibit yang masih dalam polybag atau tanpa polybag selama 15 menit dalam larutan OPIS yang telah diencerkan 10 kali dengan air biasa. Sterilitas dapat diperoleh melalui hisapan akar terhadap larutan OPIS lalu ditranslokasi ke seluruh bagian tubuhnya. Sedangkan dengan merendam tanah yang menjadi media tumbuhnya akan menjadikan tanah tersebut steril dari patogen.
Larutan OPIS adalah larutan yang diperoleh dari hasil maserasi ekstrak kasar sampah organik cengkeh yang dapat berupa tangkai bunga atau daun cengkeh kering.
Referensi
- Agrios, G.N. 1991. Plant Pathology. Third Edition. Department of Plant Pathology Univercity of Florida. Academic Press Inc. San Diego, California.
- ............., 2001. Manfaat Tembakau dan Cengkeh. http:// www.minggupagi.com/article. php?sid=82.
- Hermanto, C.B.Nurul Hidayah dan Kunto Kumoro. 2008. Penyakit-penyakit Pisang di Pulau Lombok dan Upaya Pengendaliannya. Artikel. BPTP NTB. Mataram.
- Juniawan, 2008. Uji Efektivitas Beberapa Tumbuhan Lokal Pulau Lombok Sebagai Bahan Fungisida Nabati Untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah (Fusarium oxysporum, Rhizoctonia solani dan
- Sclerotium rolfsii). Tesis. Program Pascasarjana Univ. Mataram. Mataram.
- Kardinan, A. 1999. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
- Noveriza, R. dan Tombe,M. 2006. Uji In Vitro Limbah Pabrik Rokok, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro). Bogor.
- Nurdjannah, N. 2008. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
- Semangun, H. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- .................., 2000. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Hortikultura Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- Suyanti dan Ahmab Supriyadi. 2008. Pisang Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
- http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/pengendalian-penyakit-busuk-batang-pisang
2 Komentar
apakah prospek budidaya tanaman hortikultura saat ini bagus??
BalasHapusMantap materinya, terima kasih
BalasHapus