Selama 32 tahun terhitung mulai 1984-2015, pembangunan pertanian Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Kini, sepanjang 2016 Indonesia mampu meningkatkan produksi pangan strategis sehingga volume impor turun bahkan tidak ada impor untuk padi, cabai dan bawang merah.
Pembangunan pertanian pun mampu meningkatkan kesejahteraan petani, kepuasan petani dan indeks ketahanan pangan bahkan di tahun 2045 ditargetkan menjadi lumbung pangan dunia.
Pencapaian ini karena Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Andi Amran Sulaiman menerapkan kebijakan atau terobosan baru pembangunan pertanian sesuai dengan arahan Presiden Jokowi. Kebijakan tersebut yakni penyempurnaan regulasi dan penataan SDM pertanian dan manajemen.
Pencapaian ini karena Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Andi Amran Sulaiman menerapkan kebijakan atau terobosan baru pembangunan pertanian sesuai dengan arahan Presiden Jokowi. Kebijakan tersebut yakni penyempurnaan regulasi dan penataan SDM pertanian dan manajemen.
Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan kebijakan penyempurnaan regulasi mencakup semua aspek. Pertama, merevisi Perpres 172/2014 tentang tender penyediaan benih dan pupuk menjadi penunjukkan langsung atau e-katalog sehingg turun tepat waktu menjelang masa tanam.
“Kedua, refocusing anggaran 2015 hingga 2017 sebesar Rp 12,2 triliun dari perjalanan dinas, rapat, rehab gedung direvisi menjadi rehab irigasi, alat mesin pertanian, cetak sawah dan lainnya untuk petani,” kata Amran dalam rapat persiapan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Ketiga, lanjut Amran, bantuan benih yang disalurkan ke petani tidak di lahan existing, sehingga bantuan berdampak pada luas tambah tanam. Keempat, pengawalan program Upaya Khusus (UPSUS) dan evaluasi harian.
“Kelima, kebijakan kementerian pertanian fokus juga pada pengendalian impor dan mendorong ekspor dan deregulasi perijinan dan investasi serta penyaluran asuransi usaha pertanian,” pintanya.
Lebih lanjut Amran menjelaskan kebijakan terkait penataan SDM pertanian dan manajemen meliputi lelang jabatan berbasis kompetensi dan kinerja secara transparan dan kompetitif, menerapkan reward and punishment kepada daerah terkait kemampuan penyerapan anggaran dan pencapaian target produksi, melepaskan ego-sektoral dan Satuan Tugas KPK, Kejagung, Polri dan BPK.
“Kebijakan penataan SDM pertanian lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu monitoring dan evaluasi harian dan telah membentuk Tim Sapu bersih Pungli, sehingga kinerja ke depan meningkat, kalau ketahuan melakukan pungli, tanpa kompromi kami akan copot,” ungkapnya.
Implementasi Program Baru
Mentan, Andi Amran Sulaiman menegaskan selama dua tahun pemerintahan Jokowi-JK, berbagai kebijakan di atas telah diimplementasikan secara nyata di lapangan. Perbaikan irigasi sebanyak 3,05 Juta ha mampu dikerjakan dalam waktu 1,5 tahun dari target 3 tahun, penyediaan alsiantan 180 ribu unit (naik 2.000%), asuransi pertanian 674.650 ha (naik 100%), dan pembangunan embung, longstorage dan dam-parit mencapai 3.771 unit serta pengembangan benih unggul 2 juta ha.
“Kemudian, Kementan telah membangun lumbung pangan perbatasan, integrasi jagung-sawit 233 ribu ha, peningkatan indeks pertanaman, pengembangan lahan rawa lebak dan sapi indukan wajib bunting,” tegasnya.
Selanjutnya, implementasi program Kementan telah melakukan pengendalian impor dan membangun Toko Tani Indonesia sebanyak 1.218 unit atau naik 100 persen. Tentang implementasi lelang jabatan, Kementan telah melalukan demosi dan mutasi sebanyak 599 jabatan, serta promosi 238 jabatan.
Capaian Implementasi Program
Mentan, Andi Amran Sulaiman mengungkapkan capaian yang diperoleh dari implementasi kebijakan di atas, Indonesia mampu melewati ancaman peristiwa El Nino 2015 dan La Nina 2016. Keberhasilan beradaptasi terhadap kedua peristiwa tersebut, di tahun 2016 tidak ada paceklik sehingga produksi pangan meningkat, impor pangan menurun bahkan tidak ada impor.
Amran menyebutkan produksi padi selama dua tahun yakni 2015 hingga 2016 naik 11 persen, jagung naik 21,8 persen, cabai naik 2,3 persen, dan bawang merah naik 11,3 persen. Peningkatan produksi komoditas unggulan peternakan, daging sapi naik 5,31 persen, telur ayam naik 13,6 persen, daging ayam naik 9,4 persen, dan daging kambing naik 2,47 persen.
“Begitu pun produksi komoditas perkebunan, tebu naik 14,42 persen, kopi naik 2,47 persen, karet 0,14 persen dan kakao naik 13,6 persen,” sebutnya.
Terkait kinerja ekspor impor selama dua tahun kerja, Amran menambahkan tidak ada impor beras, ekspor beras naik 43,7 persen, impor jagung turun 66,6 persen dan impor bawang merah turun 93 persen.
Lebih lanjut, Amran memaparkan capaian lainnya selama dua tahu kerja yakni terjadi peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini terlihat dari penurunan kemiskinan di desa sebesar 0,01 persen, peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 101,7 dan peningkatan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 109,8.
“Sementara tingkat kepuasan petani, berdasarkan data INDEF, tingkat kepuasan petani meningkat sebesar 76,8 persen dan data CSIS menunjukkan kepuasan petani meningkat 72,9 persen. Indeks ketahanan Pangan Global naik 2,7 poin dan peringkat ketersediaan pangan Indonesia pun meningkat ke 66,” paparnya.
Di tempat terpisah tak lama ini, berbagai pencapaian selama dua tahun kerja di atas mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan mengapresiasi kinerja Mentan Amran terkait upaya peningkatan produksi pertanian dengan berbagai upayanya, termasuk mekanisasi pertanian. Menurutnya, program Kementan saat ini mampu menambah lahan pertanian di tengah jumlah penduduk yang makin meningkat.
“Karena itu, saya mengapresiasi kinerja Menteri Pertanian ini atas upaya-upayanya meningkatkan produksi khususnya melalui teknologi mekanisasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan mengatakan keberhasilan ini menandakan bahwa kinerja Kementan yang dinakhodai Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berhasil dalam pencapaian target.
"Iya jadi tahun ini sama sekali tidak perlu impor beras. Jika berpatokan pada data Kementan, maka swasembada beras harusnya sudah tercapai sejak tahun lalu. Sebab produksi sudah melebihi kebutuhan,” pinta Daniel.
Anggota Komisi IV, I Made Urip pun mengakui bahwa kinerja Mentan Amran cukup memberi makna bagi meningkatnya produksi pertanian Indonesia. Ia mengatakan berbagai terobosan yang telah dilakukan Mentan Amran seperti perbaikan infrastruktur pertanian, pemberian bantuan alsintan, pencetakan sawah baru dan menyediaan bibit yang tepat waktu menjadi daya dorong yang kuat untuk peningkatan produksi padi.
“Kinerja ini patut dipertahankan ke depan. Bahkan bukan hanya produksi padi, tapi juga produksi pangan lainnya. Hal yang juga patut diapresiasi dari terobosan Mentan Amran adalah membangun kemitraan dengan TNI dalam upaya mengokohkan ketahanan pangan dan pencapaian swasembada pangan nasional,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Komite II DPD RI Parlindungan Purba mengatakan kinerja Kementan berhasil mewujudkan swasembada padi tahun ini. Dengan produksi padi 79, 14 juta ton merupakan prestasi tersendiri di tengah lahan pertanian yang semakin susut.
"Ini sebuah prestasi di saat lahan makin susut karena alih fungsi, produksi justru malah naik. Karena kuncinya itu di lahan, khususnya yang di daerah-daerah, tapi ternyata kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berhasil mengatasi permasalahan yang ada," ujar Purba.
Tak hanya apresiasi datang dari kalangan politisi, kinerja Kementan pun diapresiasi oleh Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Prof. Hamdi Muluk. Ia menyampaikan kinerja Kementan selama kepemimpinan Mentan Andi Amran Sulaiman cukup cemerlang. Berbagai terobosan yang dilakukan, khususnya Upsus (Upaya Khusus) dalam mengenjot produktivitas padi, jagung dan kedelai (pajale) dinilai berhasil. Apalagi capaian ini dilakukan di tengah tantangan cuaca yang ekstrem sekali seperti El Nino dan La Nina di Indonesia.
“Ini menandakan Kementerian Pertanian bukan saja telah bekerja keras, namun juga memiliki passion yang kuat untuk mampu mencapai target swasembada yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo,” tuturnya.
Begitu pun pengamat politik dan pengajar Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai bahwa salah satu menteri yang mumpuni dalam memenuhi target yang diberikan Presiden Jokowi. Buktinya, setelah 32 tahun, Indonesia kembali mencapai swasembada beras dengan tidak melakukan impor sepanjang tahun 2016 lalu.
“Tidak banyak menteri yang mumpuni dan bisa bekerja seperti ini”, ungkapnya.
Selain itu, pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto J. Siregar pun mengakui kinerja Mentan Andi Amran dalam meningkatkan produksi beras nasional, mampu menghentikan impor dan melakukan swasembada beras tahun 2016.
“Ini layak diacungi jempol, tapi jangan sampai terlalu fokus sama padi, jagung dan kedelai saja. Komoditas lainnya juga harus diperhatikan serius," ujar Hermanto.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan apa yang dilakukan Mentan Amran selama ini cukup baik. Namun menurutnya, yang paling tahu tentang kinerja menteri adalah presiden.
“Yang paling tahu dan bisa menilai tentang kinerja menteri adalah presiden sendiri”, ujarnya.
Untuk diketahui, program utama selanjutnya Kementerian meliputi pembangunan embung 4 juta ha, lumbung pangan perbatasan, pangan organik dunia, Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) 4 juta inseminasi buatan, integrasi jagung dan sawit, membangun pabrik dan revitalisasi pabrik gula, dan pengembangan kawasan hortikultura dan kawasan rumah pangan lestari.
Selanjutnya, peta jalan menuju lumbung pangan dunia, di tahun 2016 ditargetkan swasembada padi, bawang merah dan cabai. Di tahun 2017 ditargetkan swasembada jagung, 2019 ditargetkan swasembada kedelai dan gula, 2025 ditargetkan swasembada gula industri, 2026 ditargetkan swasembada daging sapi, dan 2033 ditargetkan swasembada bawang putih sehingga di tahun 2045 Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. (Sumber: Kementrian Pertanian. Sumber gambar: Tempo)
0 Komentar